Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, aksi spontan yang dilakukan oleh anggota geng motor ini sering kali melenceng dari tujuan semula, yakni berkumpul bersama anggota lain. Mereka umumnya berkumpul di lokasi yang kerap menjadi arena balap liar, misalnya dekat Taman Mini Indonesia Indah dan Kemayoran. Kelompok pengguna motor yang melakukan balap liar ini bisa jadi berubah perilaku menjadi negatif sehingga secara spontan memunculkan ide untuk melakukan aksi kejahatan.
"Karena efeknya kadang berubah dari tujuannya, seperti berkumpul, show-nya menjadi menganiaya orang, menjambret atau mencuri roda dua. Beberapa kasus tadinya remaja-remaja sudah melakukan perampokan terhadap kendaraan roda dua. Hal itu diilhami rasa ingin memiliki," kata Rikwanto, Senin (13/5/2013) di Mapolda Metro Jaya.
Untuk mengatasi hal ini, kata Rikwanto, polisi melakukan tiga upaya dan langkah-langkah antisipasi terhadap keberadaan geng motor atau balap liar yang dianggap meresahkan dan mengganggu ketertiban umum. Upaya tersebut dilakukan dengan menggelar patroli dan razia, seperti operasi Cipta Kondisi dan operasi Simpati.
Ia mengatakan, polisi akan menempuh cara preemtive untuk masuk dan mengetahui aktivitas dari komunitas atau geng motor itu. Langkah selanjutnya, polisi menggunakan preventif dengan menjaga daerah-daerah yang menjadi sasaran aksi balapan liar dan perbuatan melanggar hukum.
"Kita menjaga daerah-daerah yang menjadi sasaran mereka untuk kebut-kebutan liar dan menjadi daerah black area tengah malam," ujar Rikwanto.
Upaya ketiga adalah tindakan represif. Hal ini terjadi apabila sudah ada suatu pelanggaran hukum yang dilakukan. Namun, dalam penindakannya, polisi tidak bisa berperan sendiri dan perlu peran serta pula dari masyarakat.
Rikwanto mengatakan, potensi pelanggaran hukum dimungkinkan muncul, misalnya, karena rasa ingin memiliki sepeda motor dari anggota geng motor terhadap korban sehingga melakukan aksi pembegalan. "Jadi, satu ingin memiliki, dua ingin dipreteli suku cadangnya," kata Rikwanto.
Rikwanto menyebutkan, tidak semua kelompok perkumpulan motor berlaku negatif. Menurutnya, banyak komunitas perkumpulan motor yang punya nilai positif. Bahkan, ada juga anggota kepolisian yang ikut pada komunitas motor untuk berkegiatan positif.
Ia mengatakan, geng motor atau aksi balap liar adalah kelompok yang cenderung melakukan aksi negatif dan melanggar hukum. Awalnya mereka bertemu janjian pada suatu lokasi dan menghabiskan waktu dengan nongkrong hingga malam atau berputar-putar mengelilingi jalan di Jakarta.
"Dalam putar-putar ini, kadang muncul ide-ide spontan, melakukan aksi penutupan jalan, ingin menunjukkan eksistensi dengan pengendara lain," ujarnya.
Akibatnya, pengendara lain yang merasa dilecehkan kemudian melakukan perbuatan yang justru dianggap menyinggung kelompok tersebut. Hal itu bisa memunculkan perselisihan.
Menanggapi kasus pengeroyokan geng motor terhadap kru KompasTV, Harko Setiono (24), Minggu (12/5/2013) kemarin, polisi sudah melakukan pengejaran terhadap pelaku. Polisi sudah mengetahui identitas pelaku dan sedang menyelidiki serta memburu pelaku.
Berikut data kejahatan aksi geng motor yang pernah terjadi di Jakarta berdasarkan data Polda Metro Jaya pada 2012.
- Pengeroyokan pada 31 Maret 2012 pukul 03.30 WIB di Jalan Benyamin Sueb, Pademangan, Jakarta Utara. Korban bernama Kelasi I Arifin Sirih, anggota TNI AL. Tewas dikeroyok pengendara motor yang diduga usai melakukan balap liar di Kemayoran, Jakarta Pusat.
- Pengeroyokan oleh sekelompok pengendara sepeda motor di SPBU Shell Jalan Danau Sunter Utara, 7 April 2012 pukul 02.50 WIB. Seorang korban meninggal dunia, yakni Soleh (17), dua orang luka bernama Zainal (20) dan Reza Pahlevi (14). Berdasarkan keterangan saksi-saksi, para korban disebut akan menonton aksi balap liar di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat.
- Segerombolan pengendara motor menyerang 4 korban yang sedang nongkrong di wilayah Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat, 8 April 2012 pukul 02.30 WIB. Satu unit sepeda motor korban dibakar. Korban dilarikan ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
- Kurang lebih 200 orang gerombolan pengendara motor yang membawa parang, kayu, dan lain-lain datang dari arah Kemayoran ke Jalan RE Martadinata-Permai ke arah Warakas, Kampung Bahari, dengan melintasi rel dan masuk ke RE Martadinata pada 13 April 2012 sekitar pukul 01.35 WIB. Dari kejadian itu, petugas Polsek Tanjung Priok menemukan 3 orang mengalami luka tusuk dan pukulan, yakni Nahrowi (17), Ramdani (23), dan Tuherman Widodo (24).
- Pada 13 April 2012 sekitar pukul 02.00 WIB, pengeroyokan oleh sejumlah orang dengan sepeda motor terjadi di Jalan Masjid Akbar, Jakarta Pusat. Korban Rahman Al Awe (25) mengalami luka bacok di kepala, tangan dan punggung. Korban saat itu tengah nongkrong bersama teman-temannya. Sepeda motor Yamaha Vega bernomor polisi B 6344 BE milik korban diambil pelaku.
- Masih pada 13 April 2012, lewat setengah jam dari kejadian sebelumnya, di minimarket 7-Eleven Jalan Salemba Raya Nomor 21, Senen, Jakarta Pusat, terjadi penyerangan terhadap tiga orang bernama Robi (21), Ade Firmanto (20), dan Ramadan (23). Korban mengalami luka-luka dalam peristiwa penyerangan itu. Empat sepeda motor di sekitar lokasi juga dirusak pelaku.
- Selang 15 menit sekitar pukul 02.45 WIB pada 13 April 2012, terjadi pengeroyokan di Jalan Jayakarta Ruko 135 Mangga Dua, Sawah Besar, Jakpus, terhadap Stewart Nagari (23) hingga mengalami memar. Pelaku datang dengan sepeda motor berjumlah 50 orang.
- Masih di hari yang sama, 13 April 2012 sekitar pukul 02.30 WIB, 300 orang dengan mengendarai 150 sepeda motor datang tiba-tiba dan memukul dua remaja, Anggi Darmawan (18) dan Rendi Haryanto (20), di Jalan Pramuka Raya, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
- Pada 11 November 2012 pukul 03.30 WIB, terjadi perkelahian antargeng motor di Jalan Raya Cilangkap, Cipayung, Jaktim. Anggota Polsek Metro Cipayung yang melaksanakan patroli dan bermaksud melerai justru mengalami bacokan di tangan. Korban dilarikan ke RS Pasar Rebo untuk mendapat pertolongan.
0 komentar:
Posting Komentar